Kamis, 08 Maret 2012

Bunda...

Aku terhenyak menyadari betapa kerdilnya diri ini. Bagaimana bisa aku melakukan kesalahan yang begitu besar yang sudah aku ketahui sebelumnya namun aku tak menggubrisnya?

Apakah mentari akan begitu saja menerikkan sinarnya pada bumi tanpa sebab? Lalu, apakah hujan akan begitu saja menderas menenggelamkan bumi, lagi, tanpa sebab? Dan apakah Tuhan akan begitu saja memarahi hambanya, lagi-lagi, tanpa sebab?



Kemudian, apabila mereka melakukan kesemuanya, apakah itu berarti sebuah kutukan? Apakah itu berarti Mentari tak ingin lagi menyinari bumi? Atau apakah itu  berarti pula bahwa Hujan akan segan membasahi bumi? Dan Tuhan enggan kembali bercengkrama bersama hambanya?

Jawaban atas kesemuanya adalah Tidak..

Mengapa?

Karena Mentari dan Hujan sangat menyayangi bumi..
Karena Tuhan sangat mengharapkan hamba-Nya kembali..

dan Aku.

Telah menyiakan 365 hari tanpa sapa, tanpa kabar dan tanpa basa-basi pada Bunda.

Aku.

Yang terlalu takut menyapa cinta yang telah aku sakiti.

Aku.

Yang terlalu bodoh menganggap bahwa tak kan ada maaf.

Aku.

Yang merasa sombong atas tingkah-polah.


Banyak sesal yang tercipta saat Bunda menyapa "Piye kabarmu Nduk?"

Mengapa tidak aku melakukannya?
Mengapa harus seorang Bunda yang mendatangi anaknya?

Linangan air mata menderas saat Bunda menyapa "Piye kabarmu Nduk?"

Lagi-lagi, Mengapa tidak aku yang menyapanya?
Yang mengakui salahku dihadapannya
Yang menguraikan sesalku padanya?

Aku.

Kerdil karena ku.

Seharusnya aku tidak menyiakan 365 hariku tanpa Bunda..
Seharusnya aku tidak membesarkan egoku pada Bunda..

Sebab, semarah apapun orang tua pada anaknya, ia tak akan mengutuknya.
Jadi mengapa harus takut untuk kembali? Mengapa harus takut untuk meminta mereka kembali menjadi dekat?
Tugas seorang anak untuk mendatangi orang tua mereka terlebih dulu dan bersimpuh pada mereka..

Jangan pernah menyiakan waktumu bersama keluargamu hanya karena kau takut untuk kembali pada mereka.
Kemarahan mereka adalah sebentuk teguran yang dilandasi dengan kasih sayang pda kita, anak mereka.
Percayalah, Penyesalan selalu tiba di akhir waktu, dan membuat kita merasa semakin menyesal atas hilangnya waktu..


Nb: Terima kasih untuk waktu dimana ia telah membuka mataku untuk melihat kebaikan dalam sebuah perangkap ketakutan.. Terima kasih Tuhan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar