Minggu, 08 Januari 2012

Perjalanan ini

Brak!  Aku tersentak saat menyadari siapa yang berdiri di ambang pintu yang terbuka.
“Meme, Iwa! Kok bisa tahu alamat Atta disini? Laras?” Kutanyai mereka.
“Sudah, jangan banyak tanya! Cepat kamu siap-siap, ikut Meme dan Iwa ke restoran. Ada yang mau kami bicarakan.”
Meme kelihatan begitu tegang dan Iwa terasa menakutkan bagiku di malam minggu dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba ini.
xxx
“Atta, apa yang kamu lakukan sayang... Hiks. Apa yang telah merasuki kamu sehingga kamu jadi begini? Apa yang salah dengan keluarga kita, Atta? Hiks,” Meme mengisak.
Aku bingung, bagaimana bisa kujawab. Sudah hampir satu jam kami disini dan aku bahkan tak sanggup mengucapkan sepatah kata pun sebagai penjelasan.
“Me, Iwa, Belih dan Adi…” aku menarik nafas dalam-dalam. Aku harus menjelaskannya dengan lugas.
Bismillah ar rahman ar rahim…
“Sebelumnya Atta benar-benar minta maaf, tapi Atta memilih Islam sebagai  agama Atta sekarang bukan karena Atta ingin mempermalukan atau menghianati keluarga kita. Atta hanya merasakan kedamaian didalamnya. Ada ketenangan saat Atta mulai mengenal Islam, Wa. Atta mohon sama Iwa, sama Meme, Belih juga Adi tuk menerima dan menghargai pilihan Atta. Atta tahu, tidak mudah untuk kalian menerima semuanya. Atta hanya…”  belum selesai kujelaskan, tiba-tiba Iwa berdiri dan…
Plak!! Uhff.. perih..
“Atta, keluarga kita begitu terhormat. Apa jadinya bila orang tahu? Tidakkah kamu memikirkan itu semua? Lagi pula, apa kami tidak mengajarimu? Bagaimana bisa kamu tidak taat seperti ini? Mengapa? Ah, yaa! Kamu buta, Atta! Buta! Kamu telah diracuni oleh sekelilingmu!” Iwa benar-benar murka.
Aku sungguh tak kuat menahan semua ini, aku begitu mencintai keluargaku, tapi aku juga tak bisa mundur dari pilihan yang telah kutetapkan untuk hidupku. Setelah menamparku, Iwa pergi diikuti Meme meninggalkan aku, Belih dan Adi. Iwa tak ingin mendengarkan apapun dari mulutku sekarang.
xxx
Sore itu Bali begitu menawan. Disekitar pantai kuta, ramai pemuda-pemudi penikmat alam sedang berbincang sambil menunggu mentari tenggelam di ujung cakrawala. Tak jauh dari pantaian, ada satu sanggar yang penuh celoteh anak gadis yang sedang menari dan bermain, ‘Sanggar Larasati’.
“Ratih, nanti kalau Atta sudah besar, Atta mau menjadi penari Legong yang terkenal, bisa kan Ratih?” tanyaku polos di pangkuan Ratih.
“Atta, Adi kecil Ratih yang cantik, kamu pasti bisa menjadi penari terkenal suatu hari nanti, tetapi mungkin bukan lagi sebagai penari Legong. Atta tahu tidak? Legong, hanya akan dimainkan oleh para gadis belia, itu berarti setelah kamu beranjak dewasa, kamu tidak lagi bisa memainkan tarian ini. Tapi Atta jangan khawatir, masih ada begitu banyak jenis tarian yang bisa Atta pelajari. Menarilah! Kalau itu memang pilihan Atta, jadilah penari yang menakjubkan, Atta. Penari yang tidak hanya menari tetapi juga menjiwai tiap gerak dalam tariannya. Atta harus mulai banyak belajar tentang tarian dari daerah lain, supaya masa depan Atta tak hanya menjadi pengajar tari Bali saja seperti Ratih, Atta mengerti?” ucap Ratih padaku kala itu.
“Terima kasih Ratih, Atta akan selalu ingat pesan Ratih. Atta akan berusaha keras untuk pertunjukan kita malam ini. Sampai nanti Ratih!”
Kupejamkan mata, kurasakan derap langkahku yang berlari kecil meninggalkan halaman sanggar dengan impian untuk menjadi seorang penari professional. Senja memudar mempersilakan selimut hitam menghampiri langit merah saga di Timur Indonesia.
xxx
Tangis Laras memecah kenanganku sembilan tahun yang lalu. Kugenggam tangannya erat dibawah meja.
“Seharusnya Iwa tidak marahi kak Atta lagi, ini semua salah Laras, Laras yang sudah membuat kak Atta menyembunyikan ini semua. Laras juga yang bilang sama kakak untuk tidak memberi tahu Iwa tentang perubahan ini. Semua memang salah Laras, salah Laras… Hiks, hiks.”
“Gak Laras, ini salah kak Atta, Laras gak salah apa-apa. Atta yang bodoh yang sudah menyembunyikan keputusan penting ini dari Iwa juga Meme.  Jujur, Atta memang tahu akan jadi begini, kita tidak akan pernah bisa menyembunyikan sesuatu selamanya. Dan inilah jadinya, meletus. Tapi, Atta janji Ras, Atta akan selesaikan semuanya.” Kutegarkan suaraku untuk sedikit menghibur rasa bersalah yang ditanggung Laras.
Life is a choice, and this is my choice. I believe I can face this probs.
“Sudah, sudah! Penjelasan kalian yang hanya saling menyalahkan sangat tidak penting! Sekarang Belih tanya sama Atta, kenapa Atta bisa berbuat seenaknya saja begini? Berpindah agama bukanlah hal yang remeh, Ta. Harus ada banyak pertimbangan yang juga harus kamu fikirkan. Kamu tahu itu?” Kata-kata Belih seakan menyengatku. Aku hanya menunduk dan mengangguk kecil.
“Atta tahu Belih, itu pula yang akhirnya membuat Atta tidak mengabarkan kalian. Atta tahu, suatu saat semua ini akan terbongkar, tapi Atta sama sekali tak menduga halnya akan jadi seperti ini.”
“Baiklah, malam ini kita sudahi saja dulu pembicaraan kita. Kamu istirahat Ta, kamu juga Ras, dan jangan mengganggu Iwa dulu berapa minggu ini. Belih akan kasih penjelasan sedikit pada Iwa supaya Iwa lebih tenang. Selebihnya, kamu harus selesaikan sendiri. Mengerti?” Pengertian belih membuatku terharu.
“Terima kasih Belih, karena sudah menghargai pilihan Atta.”
“Akh! Sebenarnya, Belih pun muak dengan semua masalah ini, tapi Belih mengerti perasaanmu, sebab Belih pernah merasakannya, dulu sekali.” Belih menyudahi pembicaraan dan pergi bersama Adi kembali ke kamar hotel.
xxx
Sampai di kamar, ku sms sahabatku, fathima :
Fa, bisakah kamu ke kamarku sebentar? Aku butuh teman untuk sharing.
Beberapa menit kemudian, fathima mengetuk pintu kamarku.
“Ya Allah Atta, kamu kenapa? Kenapa kamu menangis seperti ini?” Fathima memelukku erat, membuaiku, membuatku nyaman.
Aku hanya menangis saja entah berapa lama, sampai aku mulai kuat untuk menceritakan kejadian malam ini sama Fathima.
“Atta tidak mengerti, Fa. Atta benar-benar tidak siap dengan pertengkaran ini. Atta mau hilang saja dari bumi ini. Kenapa Allah memberikan cobaan seperti ini, Fa? Kenapa pada saat Atta benar-benar tidak siap?”
“Sssh... Atta tidak boleh bicara seperti itu. Fa yakin Allah sedang menunjukan Atta jalan, supaya Atta lebih mudah menjalani aktivitas Atta sebagai seorang muslimah. Atta tidak perlu lagi berbohong atau merasa ketakutan. Allah pencipta skenario yang sempurna Atta, percayalah.” Aku hanya menangis makin keras saat Fa mengatakannya.
Aku percaya,Fa. Aku selalu percaya.
Fa, anak rantauan dari Aceh, sahabatku yang menemaniku ketika kuucap dua kalimat Syahadat dengan derai air mata di masjid dekat kampus. Aku menjadi jauh lebih yakin dan lebih tegar karenanya. Sosok yang lembut dan keibuan. Hampir semua suka-duka kutumpahkan padanya. Aku bersyukur karenanya.
“Atta sekarang istirahat ya? Besok kita ada kuliah pagi lho! Tapi, kalau Atta tidak mau datang juga tidak apa-apa, nanti Fa izinin. Key? Senyum dong?” kuberikan senyuman lebar di wajahku, tanda aku sudah jauh lebih tenang. Fa benar-benar menghiburku.
xxx
Sebulan berlalu dan belum ada kabar lagi dari Belih Galih tentang suasana di rumah. Besok, aku akan menampilkan koreografi baru yang akan dipentaskan oleh anak didikku di Gedung Kesenian Jakarta untuk memperingati hari Kebudayaan Nasional.  Mempersembahkan tari Aceh yang telah mengangkat namaku sebagai pengajar sekaligus penari Internasional.
Beberapa minggu ini, aku merenungi apa yang telah aku jalani. Aku semakin mantap dengan apa yang telah kupilih, akan kubuktikan pada Iwa, bahwa aku tidak akan mempermalukannya hanya karena perbedaan agama diantara kami. Aku akan membuatnya mengerti dan menghargai pilihanku.
Ku sms Adi Laras:
Ras, besok Ta mau ada pementasan, klau Adi dn Meme mau lihat, Ta akan senaaang sekali. Setelah itu, Ta akan coba bicara lagi sama Iwa. Wish me luck, kay? Luv u all.
Berapa menit kemudian, handphoneku berdering, dari Laras :
Kata Meme, Meme mau datang. Meme akan coba bujuk Iwa untuk datang juga, supaya kakak bisa bicara lagi sama Iwa. Oya, ada kabar gembira untuk kakak, Iwa sudah tidak terlalu marah seperti waktu itu, sepertinya Belih sudah membujuk Iwa. Belih hebat kan kak! J
Aku tersenyum membaca smsnya, Syukur Alhamdulillah, Allah memudahkan jalanku yang sempat terjal.
Alhamdulillaah. Wait you all there, sayang.. J
xxx
“Selanjutnya, persembahan dari Azzahra Tracing yang dilatih oleh Permata Bali. Mari kita sambut dengan meriah!”
Plok..plok..plok..
Tepukan meriah dari kursi penonton mengantarkan penari memulai gerakan tariannya, tari tadisional yang menawan, menciptakan paduan menarik dari suku dan budaya yang tersebar di Indonesia.
Kulirik kursi penonton dan kudapati keluargaku berbinar bangga melihatku, Permata Bali mereka.
xxx
“Atta, kamu benar-benar seorang penari dan pelatih yang hebat. Belih bangga padamu. Kamu memesona kami semua.” Belih membisikkan kata-kata itu di telingaku sesaat sebelum Iwa memelukku erat.
“Sayang, maafkan Iwa. Iwa sudah begitu kasar padamu, bahkan tak ingin mendengarkan penjelasanmu. Iwa sadar bahwasanya setiap manusia selalu memiliki pilihan, dan bukankah setiap agama menyuruh kita untuk saling bertoleransi untuk bisa menghargai pilihan orang lain? Iwa menyesal sayang, apalagi Galih selama dua minggu ini mengenalkan kami pada agama yang telah kalian pilih sekarang. Membuat kami sedikit banyak mengerti atas pilihan kalian.”
“Iwa..?” Kudongakkan kepalaku, kutatap wajahnya yang penuh kerutan usia.
“Galih, Iwa? Galih Guntur Perkasa?” Kurasakan bahu Iwa mengedik, ia tersenyum. Lalu, kuedarkan pandangan tuk mencari sosok Belih yang tegap nan tampan, Belih Galih.
“Benarkah Belih?” Belih yang kutanyai hanya mengangguk dan menyeringai seperti kuda.
Oh, Subhanallah..
Kupeluk Belih, kutuang haruku di bahunya. Betapa ia telah menyimpan banyak rahasia yang tak dapat kukira, dengan sangat rapi.
“Ssh, Atta, kita masih punya satu misi lagi,” aku mendongak, bingung.
“Mereka bertiga, huh? ” Senyumku mengembang mendengarnya.
“Insya Allah Belih, kita akan berjuang bersama.”
Kutatap Iwa, meme dan Laras saling berangkulan dengan rona bahagia terpancar di wajah mereka. Aku pun sungguh bahagia hari ini, rasanya tak ada yang bisa menandingi kebahagiaan kami saat ini. Hijrahku dan Belih terasa sempurna, tapi, tentu akan jauh lebih sempurna bila tak ada perbedaan lagi diantara kami.
Bismillahirrahmanirrahim, akan kuajak mereka untuk berlabuh di pangkuanmu Ya Rabb.. Insya Allah.. Amin.
xxx
Diselesaikan di Sawah Lama,
Akhir Tahun 2010_00.02 a.m.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar