Aku menyisipkan senyum dan air mata
Karena membacanya aku jadi mengerti
Semua tentang aku dari sudut pandangmu
Untuk semua pilu yang kau tuang dalam pekat malam
Aku mengantarkan doa untuk sedihmu yang akan sudah
Karena entah di bagian mana di dalam hati
Aku masih punya cinta, meski tidak lagi merona
Kepada semua nafsu dan amukan ambisimu
Aku menitipkan surat yang merangkai maaf
Karena di setiap jeda aku berpura tak merindu
Namun di sela waktu aku gemar mengemas namamu
Lalu menumpuknya di sudut yang mudah kulupa
Layaknya kau pasti sadar
Aku senang membenci dan menyimpan dendam
Acapkali selepas kita beradu ujar
Kepadamu,
Semoga suratku yang malang ini sampai
Sesungguhnya, aku terlalu takut untuk mengingini
Tapi tidak cukup gentar untuk melepaskan
Kalau Tuhan berkenan, aku tak lagi menggenggam
Tapi semoga takdir ini tidak perlu menujumu
Bila berujung sedih dan luka yang terus menerus kau ruah
Cukup kisahnya selalu siap aku kenang
Seperti biasa, selepas reda deras hujan.
Perempuan yang senang sendiri,
Jakarta 7 Agustus 2018, 23:21